Sabtu, 20 Juli 2013

Mengenali Diri Sendiri

what the hell im doing here...?

Sebuah pertanyaan retoris yang mungkin sering berdengung di kepala kita. Yang kadang muncul mengiringi "kegalauan" yang kita rasakan. Kegalauan atas hidup ini, lebih tepatnya, atas makna rutinitas kehidupan yang kita jalani menit demi menit, frame per frame. Sebuah kegelisahan eksistensi.....halah, tak sepantasnya aku menggunakan kata "kita". Toh aku bukan manusia cerdas yang bisa mengerti apa yang ada di benak kalian soal rasa kehidupan yang kalian semua jalani. 

Semua berawal dari hidup. Bayangkan betapa agungnya kehidupan ini. Bahkan ketika telah sampai pada batasan Planet Bumi, dia tak lebih dari setitik debu di hamparan alam semesta yang entah seberapa luasnya. Lalu entah kapan kita tiba-tiba menjadi bagian dari semua ini. Menjadi  mikro organisme yang terdampar pada setitik debu yang disebut Bumi. Cobalah ingat ingat. Kapan pertama kita mulai menyadari jika kita telah menjadi bagian dari kehidupan ini? Saat kita dilahirkan? Bukan. Tapi saat kita mulai tersadar. Terbangun dari mimpi indah masa kecil. Terhempas dalam ketakutan, kesenangan, kekurangajaran, ketidakpastian, dan kenangan kenangan pahit manis hidup. Kapankah itu? aku sudah tidak ingat lagi. Karena tiba tiba aku dihanyutkan oleh kehidupan. Hanyut dalam menit menit dan tahun tahun penuh rutinitas dan pola pola hidup berdasarkan budaya tempatku berada. Do you get what i mean? 
Dan ketika sampai pada malam malam yang hening dan memabukkan, ketika berbaring menatap langit penuh kerlip disebut bintang yang berjarak jutaan tahun cahaya, pertanyaan itu berdengung di kepalaku... 
What the hell i'm doing here..
Wtf..
Jadi..
Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini? tentu kita sendiri, karena kita sendirian di alam ini. dan sudah sejak berabad abad lampau kita telah mencoba menjawabnya. Karena saking banyaknya otak di muka bumi ini, jawabannya tentu menjadi sangat beragam. Tapi entah kenapa saat digabungkan dengan hasrat berkuasa, terjadi pengelompokan pengelompokan besar yang menurut saya absurd. Mungkin karena hampir semua manusia takut menyendiri dan cenderung berkelompok, maka terjadilah, kelompok2 besar manusia yang menjadi pengikut orang2 terpilih yang merasa bisa mengisi kekosongan jiwa kita, yang merasa mendapat bisikan dari sang illah, maha dzat yang tak terdeskripsikan.Tapi, Alih alih mendapatkan jawaban, pada kenyataannya justru timbul perselisihan-perselisihan, berantai konflik yang seolah tak akan bisa selesai, sesuai karakter kita ketika berkerumun; kehilangan akal sehat dan cenderung mudah dibodohi, kembali primitif, bahkan sampai saat ini. Mereka, bukan jawaban dari kebingungan ini.

Jadi.. mungkin memang tak ada jawaban pasti. Mungkin memang ada hal2 yang harus diletakkan di luar ruwet pemikiran kita yang primitif. Mungkin memang..
Alam sendiri tak tau bahwa mikroorganisme yang hanyut dalam peran2 mereka untuk menyokong kehidupan, ternyata mampu mempertanyakan eksistensinya.